Latar belakang kehidupan wibu sangat bervariasi. Ada yang berasal dari keluarga broken home, ada juga wibu sultan yang memang asalnya kaya raya, ada wibu di desa yang mengenal dunia jejepangan dari teman di sekolah. Dan sebagainya, kesemuanya memiliki kepribadiannya tersendiri, sesuai dengan lingkungan pergaulan dan kondisi hidup yang mereka jalani.
Jadi tidak selamanya semua wibu itu nolep, banyak juga wibu yang normal dan berprestasi. Ada juga yang jadi pak boy dan bekerja di pantai / beach. Bermacam-macam model begitulah gan 😆. Akan tetapi yang menarik untuk dibahas tentunya ya kondisi para wibu no life / nolep, terutama saat dihadapkan dengan hari raya atau ada acara keluarga besar di rumah.
Kira-kira apa saja kesulitan yang dihadapi para nolep saat ada hari raya, semisal idul fitri, acara nikahan, dll. Berikut pembahasannya...
Menghadapi kerumunan
Salah satu kesulitan utama yang sering dihadapi nak nolep adalah disaat berada di kerumunan dan keramaian. Terutama saat menghadapi hari raya dan ada acara keluarga. Di saat mau melaksanakan sholat idul fitri, atau berkumpul bersama keluarga besar di rumah. Saat itulah eksistensi mereka menjadi terancam.
Keringat dingin mulai keluar, pikiran negatif tak henti-hentinya datang. Duduk salah, berdiri salah, senyum-senyum nunduk gak jelas jadi seperti orang gila. Kalau mau salaman atau berbicara dengan keluarga jauh jadi terasa akward, salting / salah tingkah. Pokoknya suasana jadi rumitlah gan. 😌
Kesulitan menjawab pertanyaan yang menyebalkan
Pada akhirnya nak nolep hanya bisa duduk terdiam dengan akwardnya sambil melakukan kegiatan yang malah menarik perhatian orang lain. Seperti memainkan hp, memutar-mutar tangan, pegang batu di lapangan masjid, dll. Asik sibuk sendiri, jadi salah tingkah.
Dan pada akhirnya waktu kumpul keluarga. Berbagai pertanyaan bertubi-tubi yang menganggu pun datang menyerang. Pertanyaan umum yang ada saat kumpul bersama keluarga besar misalnya seperti ini..
- Sudah punya pacar belum ?
- Kapan nikah ?
- Sekarang kerja dimana ?
- Kok gak ada temennya ?
- De el el
Sembari membandingkan anaknya, atau anak orang lain dengan dirimu yang nolep 😳✌️. Berasa bersalah dan menjadi beban keluarga..
✖ Baca juga :
☑ Suka duka menjadi seorang Hiki-Neet (Nolep)
☑ Rahasia kekuatan seorang wibu
☑ Tetap ngewibu meskipun beban keluarga
Jadi kacang
Yang terakhir, karena tidak bisa memulai topik pembicaraan. Jadi pasif di ruang tamu, dan sejenisnya. Sehabis pulang dari masjid, atau dari acara keluarga. Kamu tentu langsung masuk kamar dan mengunci pintu.
Daripada jadi kacang, dikacangi dengan keluarga jauh atau anggota keluarga lain yang tidak terlalu akrab. Kamu langsung kabur, menutup diri dan aktif bersosial media. Mencari hiburan dengan teman dunia maya yang tidak jelas asal-usulnya 😫, The end...
Apakah yang saya deskripsikan tersebut terjadi pada dirimu ?. Jika iya, harap segera ubah sikapmu itu secara perlahan dan berkala. Agar nantinya, hidupmu bisa menjadi lebih bahagia. Tanpa banyak keluh kesah yang berujung pada kesedihan, depresi, dan sejenis.